Kenali Sejarah Arsitektur Art Deco dan Perkembangannya di Indonesia

Desain Art Deco Stasiun Jakarta Kota

Arsitektur art deco sering kali kita temukan di beberapa kota besar di Indonesia yang pada dasarnya merupakan pengaruh dari desain gaya Eropa. Aliran seni ini muncul setelah Perang Dunia I dan mempengaruhi banyak aspek yang berkaitan dengan estetika seperti gaya arsitektur, seni grafis, lukisan, sampai fashion.

Gaya ini menjadi simbol kemewahan dan modernitas pada masanya yang meninggalkan jejak besar serta memberikan pengaruh identitas sebuah kota. Banyak sekali informasi mengenai art deco yang akan dibahas dalam artikel ini mulai dari kacamata sejarah, karakteristik, hingga penerapannya di Indonesia. Penasaran? Simak lebih lanjut dalam artikel ini, ya!

 

Karakteristik Arsitektur Art Deco

Art deco pada dasarnya menekankan gaya modern yang anggun dan elegan untuk lebih dominan sebagai bentuk kemajuan generasi, termasuk dalam dunia arsitektur. Secara visual, arsitektur art deco sangat menekankan gaya yang sederhana serta terkesan bersih dan ramping yang dibalut dalam ornamen geometris detail baik di area interior maupun eksterior.

 

Penggunaan warna dengan kontras juga membuat gaya arsitektur art deco jadi terlihat mencolok secara alami. Bangunan-bangunan mewah ini biasanya menggabungkan warna seperti hitam, putih, emas, dan perak untuk menciptakan warna yang mencolok namun tidak berlebihan. Secara material, arsitektur art deco terlihat sering menggunakan ornamen seperti kaca patri, metal, semen, beton, alumunium, dan beton. 

 

Baca juga: Eksplorasi 6 Bahan Populer untuk Kusen Pintu dan Jendela 

Sejarah Arsitektur Art Deco di Indonesia

Popularitas art deco di abad ke-20 memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan dunia arsitektur di Indonesia. Gaya arsitektur diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1916 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, JP Graaf van Limburg Stirum. Ia membuat kebijakan untuk memindahkan ibu kota Hindia Belanda dari Batavia menuju Bandung, yang menjadi momen penting sejarah. Kebijakan tersebut membuat arsitek Belanda berbondong-bondong datang merancang gedung dengan gaya arsitektur art deco di Bandung.

 

Periode arsitektur art deco di Indonesia berkembang pesat dari tahun 1910 hingga tahun 1940. Sepanjang tahun tersebut, banyak sekali pembangunan art deco yang mencerminkan asimilasi identitas budaya barat dan Indonesia, terutama di kota Bandung yang memiliki banyak sekali gedung-gedung dengan identitas art deco yang kental. Nah, apa saja bangunan art deco yang terkenal di Indonesia?

 

Gedung Sate

Gedung ini merupakan salah satu gedung yang terinspirasi dengan gaya arsitektur yang mulai dibangun pada tahun 1920, dan selesai pada tahun 1924 Arsitek Belanda, J. Gerber, menggabungkan elemen gaya arsitektur dengan sentuhan neo-klasik serta bentuk tradisional Indonesia yaitu tusuk sate di puncak menara.

 

Desain Art Deco di Gedung Sate

 

Villa Isola

Villa Isola di Bandung adalah mahakarya arsitektur yang dibangun pada tahun 1933 oleh arsitek Wolff Schoemaker. Bangunan ini menonjol dengan bentuk melingkar dan simetri geometris yang khas, mencerminkan esensi arsitektur yang khas. Terletak di atas bukit, Villa Isola juga memperlihatkan bagaimana gaya ini dapat berpadu harmonis dengan lanskap alam, menciptakan kesan megah dan modern yang tetap memikat hingga kini.

 

Desain Art Deco di Villa Isola

 

Hotel Savoy Homann

Hotel Savoy Homann di Bandung merupakan bangunan ikonik dengan arsitektur asil rancangan arsitek Albert Aalbers pada tahun 1939. Bangunan ini menampilkan fasad menyerupai sisi kapal dengan elemen geometris khas yang mencerminkan keanggunan serta simbol modern pada masanya.

Design Industrial Hotel Savoy Homann

Gedung Bioskop Metropole

Bioskop Metropole di Jakarta, dibangun pada tahun 1949, adalah salah satu contoh arsitektur Art Deco yang menonjol di Indonesia. Dengan fasad geometris dan garis-garis tegas, bangunan ini memancarkan kemewahan serta keanggunan yang khas dari era tersebut. Metropole adalah salah satu bioskop tertua di Jakarta, menjadi ikon sejarah yang mengingatkan kejayaan sinema dan arsitektur Art Deco Indonesia.

Design Industrial Gedung Bioskop Metropole1

 

Masih banyak berbagai macam bangunan dengan desain arsitektur yang bisa Anda temui di Indonesia. Bangunan yang hampir kebanyakan berasal dari bangunan kolonial sehingga diperlukan pemugaran untuk menjaga bangunan tetap bersih dan terawat seperti waterproofing di area dak beton bangunan, serta area sambungan material seperti kayu, keramik, dan akrilik agar tidak merusak komponen material lainnya.

 

PRO-X 207 dan PRO-X 111 bisa menjadi solusi untuk segala kebutuhan pemugaran tersebut, loh! PRO-X 207 adalah semen pelapis anti bocor yang memiliki teknologi acrylic copolymer yang mampu melindungi area dak beton dua kali lebih tahan air dan tahan lama setelah diaplikasikan. 

Selain itu, PRO-X 111 adalah silicone sealant serbaguna dengan sifat asam yang efektif mengisi celah antara material kaca dengan sambungan. Sealant ini menjaga keawetan material, mencegah masuknya air, kotoran, debu, dan serangga pada permukaan. Produk ini juga mampu meredam suara di dalam ruangan, menjadikannya pilihan tepat untuk kebutuhan arsitektur Anda.

Sealant ini ideal untuk fasad gedung, kaca interior, dan eksterior, memberikan perlindungan hingga 10 tahun untuk gaya arsitektur Anda.

Baca juga: Perhatikan 6 Hal Ini Sebelum Memilih Arsitek

Ingin tahu ragam produk PRO-X untuk miliki bangunan dengan gaya arsitektur seperti bangunan yang ada di atas? Anda bisa cari informasi lebih lanjut dengan cara ikuti media sosial PRO-X melalui link ini dan dapatkan produk PRO-X 207 serta PRO-X 111 di toko bangunan terdekat!